RIDHO berarti suka, rela, senang, yang berhubungan dengan takdir
dari Allah SWT. Ridho adalah mempercayai sesungguh-sungguhnya bahwa apa
yang menimpa kepada kita, baik suka maupun duka adalah terbaik menurut
Allah SWT. Dan apapun yang digariskan Allah SWT kepada hamba-Nya
pastilah akan berdampak baik pula bagi hamba-Nya. Orang yang mengharap
ridho Allah tidak akan membenci kejadian yang terjadi pada dirinya, ia
akan percaya apa yang menimpanya adalah yang terbaik bagi dirinya. Orang
yang mencari ridho orang lain yang membawa kemurkaan Allah akan
dimurkai Allah, tapi yang mencari ridho Allah walaupun awalnya dicela
orang lain, bila mau bersabar akhirnya orang lain juga akan ridho
padanya.
Banyak sarana atau cara seorang hamba mendapat keridhoan Alllah. Diantaranya adalah Birrul Waalidain (berbakti kepada orangtua). Banyak hamba-hamba pilihan Allah Ta’ala yang memperoleh kebahagiaan dan kesenangan karena kebaikannya terhadap kedua orang tua. Menjaga hak keduanya danmemperhatikan apapun untuk menyenangkan keduanya. Taat pada perintah mereka, selagi tidak bertentangan dengan agama atau syariat.
Satu contoh yang sangat jelas adalah Uwais Al Qarani. Seorang Tabi’i. yang mulia lagi agung. Mencapai maqam yang tinggi karena dia berbakti kepada ibunya yang sudah tua. Dan Rasulullah SAW sendiri telah memproklamirkan kemuliaannya di hadapan para sahabat.
Setiap kali Uwais hendak berangkat ke Madinah untuk berjumpa Nabi SAW, ibunya melarang karena dia akan kesepian dan sendiri tanpa Uwais di sampingnya. Akhirnya Uwais mengurungkan niatnya. Begitulah berkali-kali dia tidak diizinkan meninggalkan sang ibu. Sampai akhirnya Nabi Muhammad SAW meninggalkan umat. Diapun tidak sempat bertemu dengan Rasulullah, maka dia bukan sahabat tapi seorang Tabi’i.
Dalam Al Quran al Karim Allah SWT berfirman (yang artinya): “Dan sembahlah Allah dan jangan pula kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu, dan kepada kedua orang tua berbuatlah baik”. (QS. An Nisaa’ 36)
Ayat diatas sudah jelas menunjukkan betapa Allah Ta’ala mewajibkan kepada kita agar selalu menjaga hak-hak kedua orang tua. Pada ayat ini Allah menggandeng antara perintah untuk beribadah kepada Allah semata dengan perintah berbakti kepada orang tua. Tentu hal iniadalah besar arti dan maksud yang terkandung didalamnya.
Banyak sarana atau cara seorang hamba mendapat keridhoan Alllah. Diantaranya adalah Birrul Waalidain (berbakti kepada orangtua). Banyak hamba-hamba pilihan Allah Ta’ala yang memperoleh kebahagiaan dan kesenangan karena kebaikannya terhadap kedua orang tua. Menjaga hak keduanya danmemperhatikan apapun untuk menyenangkan keduanya. Taat pada perintah mereka, selagi tidak bertentangan dengan agama atau syariat.
Satu contoh yang sangat jelas adalah Uwais Al Qarani. Seorang Tabi’i. yang mulia lagi agung. Mencapai maqam yang tinggi karena dia berbakti kepada ibunya yang sudah tua. Dan Rasulullah SAW sendiri telah memproklamirkan kemuliaannya di hadapan para sahabat.
Setiap kali Uwais hendak berangkat ke Madinah untuk berjumpa Nabi SAW, ibunya melarang karena dia akan kesepian dan sendiri tanpa Uwais di sampingnya. Akhirnya Uwais mengurungkan niatnya. Begitulah berkali-kali dia tidak diizinkan meninggalkan sang ibu. Sampai akhirnya Nabi Muhammad SAW meninggalkan umat. Diapun tidak sempat bertemu dengan Rasulullah, maka dia bukan sahabat tapi seorang Tabi’i.
Dalam Al Quran al Karim Allah SWT berfirman (yang artinya): “Dan sembahlah Allah dan jangan pula kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu, dan kepada kedua orang tua berbuatlah baik”. (QS. An Nisaa’ 36)
Ayat diatas sudah jelas menunjukkan betapa Allah Ta’ala mewajibkan kepada kita agar selalu menjaga hak-hak kedua orang tua. Pada ayat ini Allah menggandeng antara perintah untuk beribadah kepada Allah semata dengan perintah berbakti kepada orang tua. Tentu hal iniadalah besar arti dan maksud yang terkandung didalamnya.
Komentar
Posting Komentar